Wednesday, October 06, 2010

BI Rate Bertahan Pada Posisi 6,5 %


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 Oktober 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Melalui surat edaran bernomor No. 12/43/PSHM/Humas yang ditanda tangani oleh Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Dyah N.K. Makhijani itu tercantum beberapa alasan mengenai penetapan tingkat suku bunga tersebut.

Alasan yang mendasari keputusan penetapan tingkat suku bunga tersebut meliputi pandangan Dewan Gubernur BI tentang proses pemulihan ekonomi global yang masih terus berlangsung walaupun diwarnai kekhawatiran perlambatan pada beberapa negara utama. Pandangan lainnya, pada sisi domestik pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan III-2010 tumbuh cukup tinggi terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor, dari sisi harga yang tercatat mengenai tekanan inflasi IHK pada bulan September 2010 masih bersumber pada volatile foods, stabilitas sistem perbankan yang tetap terjaga disertai dengan terus meningkatnya pertumbuhan kredit serta keyakinan terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik yang diperkirakan akan terus membaik kedepannya.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution melalui keterangannya di Gedung BI, Jakarta, seperti dikutip detik.com, mengatakan bahwa dengan resiko inflasi yang tinggi, pemerintah dan BI terus melakukan usaha agar laju inflasi tetap mencapai target 5 plus minus 1%. "Ini jadi pertimbangan BI menahan BI Rate," tukasnya.

Senada dengan hal tersebut, Pengamat Pasar Uang dan Dirut PT. Finan Corpindo Nusa Edwin Sinaga, seperti diberitakan Antaranews.com, Senin, 6 September 2010 di Jakarta mengatakan bahwa bertahannya suku bunga BI Rate selama 14 kali berturut-turut memicu pelaku pasar khususnya asing lebih aktif bermain di pasar saham dan uang.

"Pasar saham diserbu pelaku pasar yang membeli saham-saham unggulan dan lapis dua sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) naik tajam melewati angka batas 3.200 poin," katanya menjelaskan.

IHSG sebelumnya tercatat mengalami keterpurukan hingga berada dibawah angka 3.100 poin. Akibat sentimen positif dari pasar eksternal (dengan data terbaru ekonomi AS yang menunjukkan perbaikan) ditambah para pelaku pasar yang merespon dengan melakukan investasi karena melihat peluang yang makin besar, IHSG kemudian kembali menunjukkan penguatannya.

Disisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam catatannya menyebutkan bahwa pada bulan September 2010 inflasi tercatat sebesar 0,44%. Industri sandang dan pakaian menyumbang inflasi terbesar, sebanyak 1,08%. Setelah itu diikuti oleh makanan 0,44%, minuman dan rokok 0,52%, perumahan air dan listrik 0,25%, kesehatan 0,23%, pendidikan 0,26%, serta transportasi dan komunikasi 0,57%. Sehingga inflasi tahun kalender Januari-September 2010 mencapai 5,28%, sementara inflasi year on year (yoy) 5,8%.


Diolah dari berbagai sumber

No comments: