Wednesday, September 29, 2010

SEJARAH PERBANKAN

Kegiatan dan sejarah perbankan mulai di kenal sejak zaman Babylonia, kemudian terus berkembang hingga zaman Yunani Kuno dan Romawi. Kemudian kegiatan perbankan terus berkembang hingga ke daratan Eropa, hingga akhirnya berkembang sampai ke Asia Barat yang dibawa oleh para pedagang Eropa, dan terus berkembang hingga kegiatan perbankan ini menyebar ke seluruh dunia, terutama daerah jajahan Eropa.

Pada mulanya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang, sehingga dalam sejarah perbankan arti bank di kenal sebagai meja tempat menukarkan uang, dimana kegiatan penukaran uang tersebut sekarang dikenal dengan pedangang valuta asing (money changer).

Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang, yang kini di kenal dengan kegiatan simpanan (tabungan). Kegiatan perbankan bertambah lagi sebagai tempat peminjaman uang. Kegiatan perbankan terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat, dimana bank tidak lagi sekedar sebagai tempat menukar uang atau tempat menyimpan dan meminjam uang. Hingga akhirnya keberadaan bank sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat, hingga tingkat negara, dan bahkan sampai tingkat internasional.

Di Indonesia sendiri, sejarah perbankan dimulai dengan masuknya penjajah belanda melalui VOC. Bank-bank yang pernah ada pada waktu ini antara lain:

1. De Javasche NV

2. De Post Paar Bank

3. De Algemevolks Crediet Bank

4. NederlandHandles Maatscappij (NHM)

5. Nationale Handle Bank

6. De Escompto Bank NV

Sedangkan bank-bank yang didirikan dan dimiliki warga pribumi. Cina, Jepang, dan Eropa lainnya diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bank Nasional Indonesia

2. bank Abuan Saudagar

3. NV Bank Boemi

4. The Charteredbank of India

5. The Yokohama Species Bank

6. The Matsui Bank

7. The Bank of China

8. Batavia Bank

Sumber-Sumber Dana Bank

Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Sumber-sumber dana bank tersebut adalah:

1. Dana Yang Bersumber Dari Bank Itu Sendiri (Internal)

  • Setoran modal dari pemegang saham
  • Cadangan-cadangan bank, yaitu cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagikan kepada pemegang saham.
  • Laba yang belum di bagi, laba yang belum dibagi merupakan laba yang memang belum di bagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.

2. Dana Yang Berasal Dari Masyarakat Luas (Eksternal)

  • Simpanan Giro (Demand deposit)
  • Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
  • Simpanan Deposito (Time Deposit)
  • Simpanan Giro (Demand deposit)

Menurut UU perbankan No. 10 Tahun 1998, giro adalah sipanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saatdengan menggunakan cek, Bilyet Giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Penarikan secara tunai dengan menggunakan cek sedangkan penarikan non tunai dengan menggunakan Biyet Giro (BG).

  • Cek (Cheque) : Merupakan surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang bersangkutan (yang disebut) didalamnya atau kepada pihak pemegang cek tersebut. Jenis-jenis Cek :
  1. Cek atas nama ( ada namanya di dalam cek tersebut).
  2. Cek atas unjuk (tidak ada namanya, dan siapapun yang memegang cek tersebut dapat mencairkannya).
  3. Cek silang (cek disilang 3X maka cek tersebut berubah menjadi BG (Biyet Giro).
  4. Cek mundur
  5. Cek kosong
  • Bilyat Giro (BG) : merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening Giro nasabah tersebut untuk memindah bukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya.
  • Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Alat penarikan tabungan yaitu:

  1. Buku Tabungan
  2. Slip Penarikan
  3. Kartu ATM
  • Simpanan Deposito (Time Deposit)
Menurut UU No. 10 tahun 1998, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Jenis-jenis Deposito :

  1. Deposito Berjangka ( tidak bisa di pindah tangankan)
  2. Sertifikat Deposito ( dapat diperjual belikan)
  3. Deposito On Call (jangka waktunya tidak lebih dari 1 bulan)

Tuesday, September 28, 2010

Pasca Lebaran, Inflasi Menurun

Setelah sebelumnya mengalami kenaikan, tren inflasi pasca lebaran menunjukan angka penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain harga kebutuhan barang-barang pokok yang sudah kembali stabil dibandingkan saat memasuki Idul Fitri 2010 lalu.

Seperti dikutip dari Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter – September 2010 Bank Indonesia, penurunan tekanan inflasi terjadi dikarenakan kelompok volatile food menunjukan penurunan seiring dengan terjadinya panen pada beberapa komoditas bumbu dan sayur mayur. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Indek Harga Konsumen (IHK) pada bulan Agustus 2010 tercatat sebesar 0,76% (mtm), menurun dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,57% (mtm).

Seiring dengan hal tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus dengan cadangan devisa per 31 Agustus 2010 yang mencapai 81,3 miliar dollar AS dan nilai tukar rupiah yang ditutup per akhir Agustus 2010 pada level Rp. 9.035 per USD atau melemah 0,95% (point to point) dibandingkan dengan akhir Juli 2010.

Menanggapi tren inflasi yang menurun, Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono mengatakan bahwa itu sebuah kabar yang bagus. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan dan saat ini kelompok tersebut mengalami penurunan.

Namun, Hartadi menambahkan, ada satu kelompok makanan yang harganya masih dipengaruhi harga internasional, yaitu beras. “Beras masih ada kecenderungan untuk naik dan akan berdampak pada masyarakat,” jelasnya (sumber: infobanknews.com)

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa harga beras di Indonesia sudah termasuk yang paling tinggi dari harga beras di Internasional dan itu harus diperhatikan.

LPPI – BWS Capital Partners Gelar Workshop Solusi Mengatasi MISMATCH (Kesenjangan Pendanaan)

LPPI (Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia) menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop dengan tema “Solusi Mengatasi MISMATCH Pemberian Kredit Jangka Panjang Dengan Sumber Dananya” pada hari Selasa, 28 September 2010. Workshop yang diadakan berkat kerjasama dengan BWS Capital Partners ini dihadiri oleh perwakilan dari stakeholder bank-bank yang ada di Indonesia, antara lain: BNI, BRI, BCA, BTN, Bank Mandiri, BPD Sulut, Bank BPD Kalbar dan beberapa bank lokal lainnya.

Workshop ini merupakan ajang para kalangan perbankan untuk memperlebar kesempatan dan akses terhadap kepemilikan rumah bagi masyarakat di negara berkembang dengan kondisi ekonomi yang sedang tumbuh, terutama di Indonesia. Selain itu, workshop ini juga dimaksudkan sebagai ajang untuk menyediakan sumber pendanaan alternatif dan kompetitif pada industri properti di Indonesia khusus kalangan perbankan.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur LPPI Bidang I Saifuddien Hasan, mengemukakan beberapa pendapatnya di pembukaan acara akan kebutuhan Indonesia terhadap sumber dana dari luar negeri terutama pada sektor riil yang bisa disalurkan melalui industri perbankan.

“Tergantung bagaimana kita berusaha dan mencari sumber dana tersebut. Amerika mempunyai Ex-Im Bank dimana kredit investasi dapat memberikan jaminan terhadap investasi ke luar negeri,” lanjutnya.

Hadir sebagai pembicara, Direktur BWS Capital Partners Alec Salemon, memaparkan beberapa pokok pikiran tentang tema yang diangkat. Diantaranya, program fasilitas kredit khusus untuk kredit perumahan terhadap masyarakat kelas menengah kebawah yang disediakan oleh PT. Indonesia Home Loan selaku Special Purpose Vehicle (SPV), disponsori oleh BWS Capital Partners dan diberi jaminan oleh Overseas Private Investment Corporation (OPIC).

Indonesia menjadi fokus oleh BWS Capital Partners dikarenakan Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik di kawasan Asia Tenggara dengan Produk Domestik Bruto (GDP) nominal sebesar 511,7 milliar US dolar pada tahun 2008 dan GDP nominal perkapita sebesar 2.246 US dolar. Selain itu, jumlah rumah tangga yang ingin memiliki rumah sebesar 8 juta keluarga dimana jumlah penduduk tumbuh 1,6% pertahun melebihi pertumbuhan industri perumahan.

Program ini ditargetkan bisa berjalan melalui kerjasama dengan bank-bank lokal yang terpilih. Dengan goal antara lain, pendanaan sebesar 150 – 200 juta US dolar dan kriteria-kriteria capaian BWS Capital Partners terhadap mitra kerjasama berdasarkan track record, kinerja back office bank, suku bunga tahunan dan wilayah yang dicakupi.

BWS Capital Partners sebelum berniat melakukan investasi di Indonesia terlebih dahulu sukses menjalankan program fasilitas kredit khusus untuk perumahan masyarakat kelas menengah kebawah di Nigeria.

Thursday, September 02, 2010

Bung Sjahrir Pemikir Yang Tersingkir


Sjahrir adalah a man of paradox dalam berbagai arti. Tubuhnya kecil dengan tinggi tidak mencapai satu setengah meter, 145 sentimeter, dan berat badan hanya 45,5 kilogram. Namun di sana tersimpan energi dahsyat. Inteligensinya mengagumkan.

Namun atau sebenarnya justru karena inteligensinya yang besar itu dia meninggalkan studinya di Leiden, Belanda, tanpa berminat sedikit pun untuk menyelesaikannya, sebagaimana Hatta dan kawan-kawannya yang lain. Tentang ini, dengan enteng dia hanya berkata bahwa seorang pemegang titel itu hanya “pemegang titel sahadja”, tidak lebih dari itu.

Namun pandangan Sjahrir jauh melampaui masalah sepele ijazah. Sjahrir menukik tajam ke dalam soal ilmu dan keilmuan ketika dia memberikan jawaban yang paling serius dalam Indonesische Overpeinzingen (IO): “Lama-kelamaan saya tahu bagaimana membebaskan diri dari perbudakan ilmu resmi (de slavernij van de offici le wetenschap). Otoritas ilmiah tidak terlalu berarti bagiku secara batin. Dengan begitu seolah-olah jiwaku semakin bebas, tidak ada nama besar dan tenar, yang resmi maupun tidak resmi, yang menguasai pikiranku untuk membutakanku dengan kehebatannya dan membuang atau membantai semua kegiatan orisinalku…. Yang lebih penting bagiku adalah bagaimana tiba pada kebenaran harmonis dan pribadi sifatnya” (IO, 29 Desember 1936). Secara utiliter seolah-olah dia katakan: pengetahuan tidak berguna kalau tidak menjadi kebenaran yang bisa diserap dan diolah masing-masing orang. Di luar itu, ilmu hanya sekadar kumpulan kaidah dan abstraksi yang tak bermanfaat.(DANIEL DHAKIDAE)

SJAHRIR adalah satu dari Tujuh Begawan Revolusi Indonesia. Ketujuh orang ini-Soekarno, Hatta, Sjahrir, Amir Sjarifoeddin, Tan Malaka, Sudirman, dan A.H. Nasution-dalam kadar berbeda menentukan arah dan produk revolusi. Republik Indonesia pada zaman revolusi, dengan demikian, bukan merupakan akibat dari proses sosial yang impersonal dan tak terhentikan, melainkan hasil interaksi ribuan orang dan organisasi, kelompok angkatan bersenjata dan badan perjuangan, politikus nasional dan lokal, idealisme dan oportunisme, patriotisme dan banditisme, pahlawan dan pengecut. Semua ingar-bingar itu berakhir dengan ajaib: pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada Desember 1949.

Ketujuh pemimpin ini dengan caranya masing-masing berkontribusi bagi jalannya revolusi. Setelah revolusi, mereka mengalami peruntungan berbeda, aliansi berbeda, dan perimbangan kekuatan berbeda. (HARRY POEZE)

DALAM sejarah Indonesia, Sutan Sjahrir adalah eksponen utama garis ideologis yang dapat disebut perpaduan antara tradisi sosial demokrasi dan liberalisme. Sebagai sosial demokrat, ia merupakan tokoh gerakan buruh yang andal pada 1930-an, dan menaruh perhatian amat besar terhadap masalah pendidikan rakyat. Liberalismenya terlihat antara lain dalam perhatiannya yang besar pula terhadap masalah perlindungan hak-hak individu dari tirani negara. Tak mengherankan bila ia menjadi musuh besar fasisme, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.

Tidaklah mengejutkan bahwa ideologi yang diperjuangkan Sutan Sjahrir mengalami rintangan pada masa Demokrasi Terpimpin maupun Orde Baru yang otoriter. Tetapi, Indonesia sekarang adalah negara demokrasi, bahkan negara demokrasi yang paling tegak di seluruh Asia Tenggara mengingat beberapa perkembangan anti-demokratis di Filipina, dan terutama Thailand, belakangan ini. Sebagai negara demokrasi, barangkali kita berharap menemukan para ahli waris garis ideologi yang diperjuangkan oleh Sutan Sjahrir di antara berbagai kekuatan politik yang sekarang bersaing secara bebas dan terbuka untuk memimpin Indonesia. (VEDI R. HADIZ)

M. Chatib Basri menyatakan :” SUTAN Sjahrir seperti sebuah kekecualian bagi zamannya. Mungkin ia terlalu di depan bagi masanya. Ketika nasionalisme adalah tungku yang memanggang anak-anak muda dalam elan kemerdekaan, Sjahrir justru datang dengan sesuatu yang mendinginkan. Bagi Sjahrir, kemerdekaan nasional tidak final. Tujuan akhir dari perjuangan politiknya adalah terbukanya ruang bagi rakyat untuk merealisasi dirinya, untuk memunculkan bakatnya dalam kebebasan. Tanpa halangan. Bagi Sjahrir, kemerdekaan adalah sebuah jalan menuju cita-cita itu. Itu sebabnya Sjahrir menganggap nasionalisme harus tunduk kepada kepentingan demokrasi.”

Dalam sebuah esai yang penting Sjahrir menuntut agar demi perjuangan, seseorang harus bebas dari perasaan-perasaan yang menghalangi orang berpikir jujur sesuai dengan kebutuhan perjuangan. Pikiran dan tindakan hendaknya “tidak dikuasai oleh unsur psikologis, melainkan oleh hukum akal budi dan otak yang sanggup berpikir dan bertindak menurut keadaan dan perubahan”. Tampaknya ada dialektik antara Sjahrir dan kebudayaan masyarakatnya, dan tuntutan Sjahrir mungkin hanya separuh benar. Dia lupa bahwa akal harus memperhatikan perasaan, rasio perlu menimbang psikologi, dan logika bertugas menerangi yang irasional. Kalau tidak, dialektik itu akan menelan korban, dan, tragisnya, korban itu tak lain dari diri Sjahrir sendiri, dengan meninggalkan sosial-demokrasi bagaikan yatim piatu. (Ignas Kleden)