Setelah sebelumnya mengalami kenaikan, tren inflasi pasca lebaran menunjukan angka penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain harga kebutuhan barang-barang pokok yang sudah kembali stabil dibandingkan saat memasuki Idul Fitri 2010 lalu.
Seperti dikutip dari Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter – September 2010 Bank Indonesia, penurunan tekanan inflasi terjadi dikarenakan kelompok volatile food menunjukan penurunan seiring dengan terjadinya panen pada beberapa komoditas bumbu dan sayur mayur. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Indek Harga Konsumen (IHK) pada bulan Agustus 2010 tercatat sebesar 0,76% (mtm), menurun dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,57% (mtm).
Seiring dengan hal tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus dengan cadangan devisa per 31 Agustus 2010 yang mencapai 81,3 miliar dollar AS dan nilai tukar rupiah yang ditutup per akhir Agustus 2010 pada level Rp. 9.035 per USD atau melemah 0,95% (point to point) dibandingkan dengan akhir Juli 2010.
Menanggapi tren inflasi yang menurun, Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono mengatakan bahwa itu sebuah kabar yang bagus. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan dan saat ini kelompok tersebut mengalami penurunan.
Namun, Hartadi menambahkan, ada satu kelompok makanan yang harganya masih dipengaruhi harga internasional, yaitu beras. “Beras masih ada kecenderungan untuk naik dan akan berdampak pada masyarakat,” jelasnya (sumber: infobanknews.com)
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa harga beras di Indonesia sudah termasuk yang paling tinggi dari harga beras di Internasional dan itu harus diperhatikan.
No comments:
Post a Comment