Melengkapi wacana tersebut diatas, dalam makalah yang berjudul “Ekonomi Wilayah Dan Pemahaman Lingkungan Bisnis Wilayah” yang disampaikan oleh Prof. Dr. Hj. Rina Indiastuti, S.E, M.SIE Pengamat Ekonomi dari Univesitas Padjajaran, dalam rangkaian acara Sekolah Staff dan Pimpinan Bank (SESPIBANK) di Kampus LPPI (12/10/2010) disebutkan bahwa beberapa indikator tentang ekonomi wilayah terdiri dari kinerja ekonomi yang meliputi kinerja ekonomi dalam kaitannya tentang kinerja pergerakan barang/jasa dan orang. Indikator mengenai kegiatan, ukuran dan struktur ekonomi, kemudian stabilitas ekonomi serta kebijakan dan regulasi.
Untuk mencapai hal tersebut, seperti dijelaskan dalam makalah, diperlukan analisa yang mendalam mengenai potensi ekonomi wilayah dengan beberapa kategori yang mencakup seputar pertanyaan tentang subwilayah yang akan menjadi pengungkit kinerja ekonomi wilayah, subsektor atau industri yang menjadi pengungkit kinerja ekonomi wilayah, interaksi antar subwilayah dalam penyediaan faktor produksi mengenai distribusi output dan perdagangan, serta sebaran kegiatan ekonominya.
Uraian lebih lanjut mengenai faktor-faktor penunjang terhadap peluang ekonomi Indonesia dan wilayah adalah konteks tidak lepasnya kondisi perekonomian global yang cenderung membaik dan sangat berdampak positif terhadap gairah serta kinerja perekonomian daerah. Faktor pendukung terhadap peluang lainnya juga terdapat di tahun 2010 ini, dimana era perdagangan bebas negara ASEAN – China telah dimulai dan juga ASEAN Economic Community pada tahun 2015 mendatang.
Yang tidak kalah penting dari faktor-faktor tersebut terdapat di agenda pemerintah bersama swasta/masyarakat yang meliputi persiapan SDM yang bermutu, pembangunan infrastruktur, memperkuat kelembagaan, memerankan lembaga keuangan dan pasar uang serta mengembangkan IPTEK.
Dalam kesempatan yang sama, Program Director SESPIBANK LPPI Djoko Sarwono menambahkan tentang pentingnya penekanan akan stimulus sektor riil terhadap UKM di daerah-daerah. Menurutnya, ekonomi wilayah akan tambah bergairah jika para investor mau menggandeng pengusaha-pengusaha yang ada di daerah untuk terus menciptakan barang-barang produksi.
Dicontohkan oleh Djoko Sarwono, sebagai sebuah referensi, ketika ia mengunjungi sebuah daerah di Jawa Barat beberapa waktu yang lalu, dimana daerah tersebut menjadi sentra kerajinan tangan dalam bentuk sandal. Melalui sebuah proses tanya jawab kepada para pengrajin, pada dasarnya kebutuhan ekspor terhadap hasil dari kerajinan tangan tersebut dalam setiap bulannya mengalami peningkatan pesanan. Satu dan lain hal, para pengrajin terpaksa mengabaikan permintaan pasar akibat kekurangan modal untuk membeli sebuah alat produksi yang memudahkan pengrajin untuk berproduksi lebih banyak lagi. Melalui survey karakter ekonomi, sosial dan pasar daerah tersebut, para pengrajin akhirnya mendapat kemudahan dari bank lokal untuk mendapatkan pinjaman membeli alat produksi. Alhasil, kebutuhan pasar terhadap permintaan produksi terpenuhi dan daerah tersebut secara mandiri dapat menjawab peningkatan ekonomi wilayah.
Seperti kita ketahui, tulang punggung perekonomian Indonesia lebih banyak berada pada sektor industri dimana pertanian, perdagangan dan sektor riil menjadi primadona yang membanggakan bagi Indonesia dalam meningkatkan perekonomian. Menurut data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, pada Triwulan II – 2010 kinerja perekonomian daerah menguatkan indikasi meningkatnya perekonomian nasional terutama didorong oleh membaiknya investasi yang dipicu oleh masih tingginya permintaan domestik dan ekspor.
Dalam rangka penguatan peran sektor UMKM dalam perekonomian nasional, Bank Indonesia telah menggulirkan program Pilot Project Klaster UMKM dan Tim Fasilitasi Percepatan Pembangunan Ekonomi Daerah (TFPPED) sejak beberapa tahun lalu. Program ini mengacu pada penelitian komoditi/sektor ekonomi unggulan daerah (Baseline Economic Survey) dan bertujuan untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan sehingga perbankan lebih berani melakukan pembiayaan kepada sektor UMKM yang prospektif.
Data Bank Indonesia tentang UMKM yang tersebar diseluruh penjuru tanah air menunjukkan angka yang signifikan untuk ditindak lanjuti oleh kalangan perbankan. Secara akumulatif, data tersebut menunjukkan angka 5.232 jumlah responden survey dalam kategori profil usaha mikro, kecil dan menengah yang potensial dibiayai oleh perbankan yang tersebar kedalam beberapa jenis usaha.
Menjawab kebutuhan akan dana investasi terhadap para pengusaha-pengusaha daerah yang kekurangan modal melalui fasilitas kredit dan korelasinya dengan dunia perbankan, peluang untuk bersinergi menjadi sangat memungkinkan kedua belah pihak mencapai kerjasama. Kalangan perbankan mempunyai sumber dana, para pengusaha mempunyai peran dalam segi produktivitas. Kedua sisi tersebut, dalam konteks melihat peluang dan memajukan pendapatan daerah, menjadi prospek kedepan untuk lebih meningkatkan perekonomian Indonesia.
No comments:
Post a Comment